Kamis 12 Desember 2024

Cabai Rawit dan Telur Ayam Diprediksi Defisit

BANDUNG, FOKUSJabar.id: Pasokan telur ayam dan cabai rawit diprediksi defisit atau kekurangan untuk keperluan menjelang dan selama Ramadan dan Idul Fitri 1440 H/2019 di Jawa Barat.

Sementara komoditas lainnya, di antaranya cabai merah, beras dan daging ayam dipastikan melimpah.

Kepala Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar Koesmayadi mengungkapkan ketersedian telur ayam selama Ramadan dan Idul Fitri sebanyak 20.100 ton.

Sedangkan kebutuhannya 53.626 ton untuk Ramadhan saja atau total 43 hari (37 hari pra-Ramadan dan selama Ramadan).

“Karena keseharian juga defisit telur itu didatangkan dari luar, dari Jawa tengah (Kendal), Jawa timur (Blitar) juga dari Medan. Itu keseharian juga gitu karena kita kekurangan,” kata Koesmayadi usai acara Jabar punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kamis (25/4/2019).

Adapun penyebab lainnya, karena telur ayam merupakan produk peternakan yang tidak hanya dibutuhkan oleh rumah tangga. Mengingat, telur juga merupakan bahan pokok dari produk olahan industri, khususnya pabrik-pabrik kue kering yang meningkatkan produksinya selama Idul Fitri.

Pihaknya mengaku telah mengajak para peternak di Ciamis untuk mengembangkan ayam petelur. Selain untuk menutup kebutuhan di Jabar, dengan begitu telur yang dikonsumsi masyarakat akan lebih segar.

“(Peternak di Ciamis) Jangan sungkan mengembangkan ayam petelur. Petelur kita cukup bermutu karena fresh. Coba bayangkan saja perjalanan Medan ke Bandung itu berapa hari?” kata dia.

Kemudian untuk ketersediaan cabai rawit, dia mengatakan minus 5.375 ton. Hal itu salah satunya disebabkan menjamurnya usaha kuliner, seperti ayam geprek dan seblak yang memang membutuhkan banyak cabai rawit.

“Selain itu untuk cabai rawit memang yang kemarin sempat kena hama. Banyak yang gagal panennya,” ungkap dia.

Sedangkan persediaan cabai merah diprediski aman selama Ramadhan dan Idul Fitri. Apalagi beberapa bulan terakhir terjadi ledakan produksi.

Dia meminta masyarakat agar tidak terlalu rusuh (panik) dalam membeli sejumlah bahan pokok tersebut, sebab pihaknya mengupayakan agar ketersediaannya mencukupi. Terlebih untuk komoditi beras yang dipastikan akan melimpah.

“Hasil pantauan kami itu beras premium sekarang paling tinggi Rp11.200 per kilo. Itu harga yang tidak terjadi lonjakan. Karena Jabar sebagai penghasil beras nasional, dan sekarang lagi panen raya jadi tidak ada kenaikan,” katanya.

Sedangkan untuk daging ayam, Koesmayadi mengatakan bahwa di luar momen Ramadhan dan Idul Fitri pun sudah melimpah. Selain itu, harganya pun tetap terpantau. Sebab, Jawa Barat merupa­kan pemasok utama ayam broiler nasional.

Hanya saja, peternak ayam melakukan analisa produksi selama satu tahun yang terdiri dari tujuh periode. Di mana lima di antaranya bisa saja mendapat keuntungan yang kecil bahkan merugi. Sementara dua periode digunakan untuk menutupi kerugian yang terjadi di lima periode sebelumnya.

“Dua periode itu biasanya digunakan untuk hari besar keagamaan. Memang harganya naik. Sekarang juga sudah ancang-ancang nih harganya naik tapi dari segi stok cukup,” katanya.

Untuk daging sapi terdapat 80.500 ekor yang berada di feedloter. Sementara 1.500 ekor di antaranya adalah indukan yang tidak boleh dipotong menurut aturannya.

“Jadi sekitar 73 ribu lebih sapi yang siap dipotong. Satu ekor sapi identik dengan 190 kilogram daging plus oval atau jeroan. Karena di kita itu jeroan dimakan,” pungkasnya.

(LIN)

Berita Terbaru

spot_img