TASIKMALAYA, FOKUSJabar.id: Kanker adalah salah satu penyakit paling berbahaya yang setiap saat selalu mengintai manusia. Khususnya kaum hawa.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, kematian akibat penyakit kanker terus meningkat. Tahun 2018, kasus kanker payudara ada 127 kasus. 14 orang diantaranya meninggal dunia. Sementara kasus Kanker Serviks ada 50 kasus, dua diantaranya meninggal dunia.
Ketua Yayasan Advokasi Kanker Payudara Jawa Barat (Edu ABC), Monty Sumitro mengatakan, secara statistik angka kasus kanker di dunia, 1 dari 8 wanita itu mempunyai resiko kanker payudara. Jadi, jika di Jawa Barat ada 42 juta penduduk dengan 20 juta kaum wanita, maka seperdelapan dari 20 juta itu mempunyai risiko kena kanker payudara, atau sekitar 2 juta perempuan beresiko terkena kanker.
” Kasus ini merupakan ancaman serius bagi kaum perempuan. Karenanya harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak,” ungkap Monty.
Menurut dia, penyakit mematikan tersebut dapat dicegah jika dideteksi sedini mungkin.
” Kanker ini berdasarkan ilmu kedokteran, bisa dicegah sampai 40 persen dengan mengubah pola hidup, aktivitas fisik yang baik, mengatur pola makan, manajemen stres yang baik serta rutin memeriksa kesehatan,” kata dia.
Dia berharap, para tenaga medis mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya dalam mendeteksi kasus kanker sedini mungkin.
” Dokter, bidan dan perawat merupakan garda terdepan dalam menanggulangi berbagai penyakit, termasuk kanker. Mereka dibutuhkan kemampuannya dalam mendeteksi gejala kanker seawal mungkin,” ucapnya.
Pengelola program P2 Kanker dan Kelainan Darah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Ari Kusmara menyebut, semua orang bisa terkena penyakit kanker. Menurutnya, ada faktor yang bisa dimodifikasi dan yang tidak, sehingga wajib dideteksi sedini mungkin.
” Kasus kanker menjadi fokus perhatian semua pihak. Pasalnya, kasus kematian akibat penyakit menular dan tidak menular sudah merata. Terjadi peningkatan kematian karena faktor penyakit tidak menular seperti jantung, stroke dan penyakit kanker, sehingga Pemerintah saat ini lebih fokus penanganan terhadap penyakit-penyakit tidak menular,” ujarnya.
” Dulu banyak kasus kematian akibat penyakit menular. Kini, tren itu berubah, justru penyakit-penyakit yang tidak menular menimbulkan banyak kasus kematian,” singkat Ari.
(Seda/Bam’s)