PT. IKAWA mengklaim mampu mengelola sampah sampai habis di tempat tanpa menghasilkan residu yang harus dibuang. Bahkan, hasil dari pengolahan sampah ini disebut-sebut mampu menghasilkan etanol.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana cukup antusias menyimak presentasi awal PT. IKAWA. Bahkan Yana sepakat untuk melihat langsung uji coba metode baru itu pekan depan.
“Hari ini kita ingin tahu metode pengolahan sampah oleh PT IKAWA yang mengklaim bahaa hasil pengolahannya tanpa residu, sebaliknya justru menghasilkan etanol,” kata Yana usai menyimak presentasi di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Jalan Indramayu, Kota Bandung, Jumat (8/3/2019).
Bahkan melalui metode ini, PT IKAWA mengklaim bahwa proses penholahan sampahnya mampu menghasilkan energi listrik, liquid Co2, aquades dan briket.
“Ini baru presentasi verbal, nanti minggu depan kita lihat proses dan mesinnya. Saya kalau tidak lihat langsung nggak percaya juga, nanti malah hoaks lagi,” ucapnya.
Yana mengungkapkan bahwa Pemkot Bandung sangat serius menyikapi persoala sampah. Di masa kepemimpinannya bersama Oded Muhammad Danial, Kota Bandung harus mampu menekan angka produksi sampah.
“Karena sampah merupakan satu bom waktu. Apabila Sarimukti ditutup maka Kota Bandung sangat berkepentingan untuk menyelesaikan sampah itu di tempat,” kata dia.
Pihaknya tidak akan bosan untuk terus menjajaki beragam metode baru pengolahan sampah. Hal itu demi mencari metode terbaik guna menuntaskan masalah sampah secara efektif dan efisien.
“Kita coba berbagai metode sehingga sampah bisa selesainya di Bandung ya ditempatnya, jadi tidak perlu lagi diangkut,” cetusnya.
Sejauh ini, kata dia, sudah banyak metode pengolahan sampah, dan semua memiliki keunggulan berbeda, atau sesuai karakteristik sampah yang dihasilkan.
Misalnya biodigester, cocok diterapkan di wilayah dengan produksi sampah mayoritas organik. metode peuyeumisasi yang tengah dikembangkan saat ini mampu memroses sampah campuran.
“Artinya tergantung karakteristik sampah di wilayah masing-masing. Ada yang dikompos, ada yang biodigester, ada yang dipeuyeumisasi. Mungkin nanti ini kan kaya etanol butuh organik, jadi lebih ke yang di pasar, jadi tetap tidak ada angkutan,” kata Yana.
(Yusuf Mugni/LIN)