GARUT,FOKUSJabar.id: Ketua Padepokan Ki Garut yang kini menjadi Calon Legislatif (Caleg) DPRD Provinsi Jawa Barat Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Garut, Ahmad Bajuri terinspirasi sebuah pesan leluhurnya. Yakni, “ Hana Nguni Hana Mangke tan Hana Nguni tan Hana Mangke.”
Artinya kata Bajuri yang juga Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat (PD) Kabupaten Garut, adaya saat ini melainkan adanya kemarin juga tidak ada saat ini jika tidak ada kemarin.
Menurut dia, Kita tidak bisa merubah tempat dan waktu, tetapi tempat dan waktu memberi peluang untuk merubah kita.
Baca Juga: Fadli Zon: Domba Garut Harus Dilestarikan
Padepokan Ki Garut berdiri 17 Desember 2009 silam yang diprakarsai Padepokan Ki Ajar Padang, Putra Garut, Tumaritis, Galudra Eka Paksi dan Dangiang Aji Satria.
“ Ki Garut lahir dari sebuah keprihatinan terhadap lingkungan budaya warisan nenek moyang kita. Dimana, generasi muda tak mengetahui sejarah budayanya sehingga tak memiliki karakter “ silih asih, silih asah, silih asuh ” dan banyaknya budaya luar yang masuk akibat kemajuan teknologi,” ungkap mantan Ketua DPRD Garut periode 2009-2014.
Terlebih lanjut Bajuri, masyarakat terkadang kerap salah menfsirkan tentang “ Budaya.” Mereka berasumsi seni berbau mistik.
Padahal sebenarnya, kebiasaan atau adat suatu daerah, agar menjadi kebudayaan. Selain itu, evaluasi/intropeksi agar potensi diri sendiri bisa tergali. Manajemen budaya pengelolaan waktunya-pun kerap terlupakan.
“ Artinya, kebanyakan masyarakat hanya memikirkan keberhasilan serta potensi orang lain saja. Dari 24 jam, berapa jam kita memikirkan potensi diri sendiri?,” ucap mantan Sekjen Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (Adkasi), Rabu (9/1/2019).
“ Melalui hal tersebut, kita dapat mengukur kemampuan/potensi diri agar bisa maju. Lingkungan merupakan salah satu faktor penunjangnya dengan bersilaturahmi untuk bertukar pendapat,” pungkas Bajuri saat ditemui FOKUSJabar di rumahnya Kampung Gugunungan, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota.
(Bam’s)