Kolam retensi tersebut diyakini mamou menahan luapan Sungai Citepus. Kolam retensi yang dibangun di atas lahan 1.792 m persegi itu mampu menampung air hingga 3.335,26 m kubuk.
Pada prisesnya, air yang melewati Sungai Citepus ditampung sementara sehingga tidak langsung mengalir ke hilir. Cara tersebut diyakini mampu mengurangi dampak banjir di Sirnaraga dan sekitarnya.
Ketua RW 06 Kelurahan Pajajaran Zaenal Muttaqin mengatakan bahwa pembangunan kolam retensi memberikan dampak positif.
“Semenjak kolam retensi ini beroperasi, tidak ada lagi banjir di kawasan kami,” kata Zaenal.
Tidak hanya itu, keberadaan kolam retensi pun berpengaruh positif terhadap perekonomian warga.
“Ada warga yang bekerja saat pembangunan. Sekarang setelah jadi, ada penghasilan dari dagang dan sewa mainan. Usaha masyarakat makin berkembang,” tutur Zaenal.
Kolam retensi ini juga menjadi area wisata bagi masyarakat sekitar. Peluang-peluang usaha baru tumbuh seiring semakin banyak pengunjung yang datang untuk berwisata.
“Lokasi ini jadi sarana silaturahmi. Banyak warga datang sekadar duduk ngobrol, meningkatkan silaturahmi. Banyak hal positif yang hadir berkat pembangunan ini. Untuk itu, warga berterima kasih Pemkot telah membangun kolam retensi di sini,” ucap dia.
Sementara itu, Wali Kota Bandung Oded M Danial menyebut bahwa kolam retensi ini menjadi salah satu solusi dari sekian banyak permasalaha lingkungan di Kota Bandung. Kendati demikian, Oded tetap memerintahkan jajarannya untuk menormalisasi 46 anak sungai di Kota Bandung.
Di sisi lain, Oded terus meminta masyarakat untuk terus menjaga lingkungan. Sebab, kata dia, secanggih apapun infrastruktur, tanpa partisipasi masyarakat dalam memelihara kebersihan hal itu tidak akan berarti.
“Dari 46 sungai ini mari kita rawat bersama, jaga bersama. Jangan sampai ada warga yang membuang sampah ke sungai. Jangan sampai membuang sampah plastik. Saya tidak mau mendengar lagi ada kasur butut masuk ke sungai. Mari kita bangun peradaban yang baik di Kota Bandung,” ucap Oded.
Oded bersyukur pembangunan kolam retensi yang menghabiskan dana Rp5 milyar itu bisa selesai tepat waktu. Sejak awal dibangun pada Juli 2018 dan rampung pada akhir November 2018, kolam tersebut juga memiliki banyak manfaat yang dirasakan masyarakat.
“Alhamdulillah di Sirnaraga punya kolam retensi yang punya banyak fungsi. Ketika kolam ini diisi air, airnya penuh bisa “paparahuan” (Bermain perahu). Ketika kering, bisa juga digunakan untuk aktivitas masyarakat,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni/LIN)