BANDUNG BARAT, FOKUSJabar.id: Kejadian bencana alam di Kabupaten Bandung Barat (KBB) cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB, tahun 2015 tercatat 191 kejadian dengan korban jiwa meninggal sebanyak 4 orang.
Kemudian tahun 2016 ada 229 bencana dengan korban meninggal 4 orang, dan di 2017 sebanyak 248 bencana dengan 2 orang meninggal dan 6 luka-luka. Sementara di tahun 2018 dari 290 kejadian bencana jumlah jiwa terdampak mencapai 1.976 dan total rumah rusak 516 unit.
Kepala Pelaksana BPBD KBB, Duddy Prabowo mengatakan, kerawanan bencana di Bandung Barat memang cukup tinggi, mengingat wilayahnya yang didominasi dataran tinggi, perbukitan, gunung, dan tebing, membuat daerah pecahan dari Kabupaten Bandung ini setiap tahunnya selalu mengalami longsor.
“Berdasarkan hasil rekapitulasi data kami sepanjang tahun 2018 lalu, tren bencana longsor masih dominan dibandingkan bencana lainnya,” kata Duddy.
Duddy menyebutkan, tahun lalu tercatat ada sebanyak 150 bencana longsor di KBB. Kemudian diikuti kebakaran 57 kejadian, puting beliung 47, pergerakan tanah 30, banjir bandang 6, dengan total kejadian sebanyak 290.
Dari total jumlah kejadian tersebut tercatat ada lima orang yang meninggal dunia. Yakni, 2 orang akibat tertimbun longsor di Kampung Bonjot, Sindangkerta, tertimpa pohon di Cipatat 1, tertimbun pasir di Cikalongwetan 1, dan tertimpa reruntuhan tebing penahan tanah di Cililin 1 orang.
” Memang secara kasus terjadi peningkatan kejadian bencana di 2018 lalu. Faktor penyebabnya adalah cuaca ekstrem yang tidak menentu, terutama terjadinya hujan lebat secara tiba-tiba dengan intensitas yang tinggi,” terangnya.
Sejauh ini, pos anggaran dana tidak terduga tahun lalu sebesar Rp5,5 milyar hanya terpakai Rp1,1 milyar untuk penanganan longsor di Kampung Bonjot. Artinya, Rp4,4 milyar anggaran tak terduga BPBD menjadi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) tahun 2018.
Tahun ini pun alokasi anggaran Rp5,5 milyar disiapkan bagi penanggulangan bencana darurat di KBB. Upaya preventif lainnya dalam meminimalisasi dampak bencana adalah dengan memaksimalkan fungsi mitigasi. Seperti pembentukan Desa Tangguh Bencana dan program Sekolah Siaga Bencana.
” Saat ini Desa Tangguh Bencana di KBB baru dua. Yakni, di Desa Cikahuripan, Lembang, dan Desa Cintaasih, Cipongkor. Ke depan kami ingin semua desa di KBB menjadi Desa Tangguh Bencana sesuai format RPJMD dimana mitigasi bencana masuk dalam isu strategis untuk memberikan pemahaman dan kesadaran di masyarakat dalam pengurangan risiko bencana,” pungkasnya.
(Achmad Nugraha/Bam’s)