BANDUNG, FOKUSJabar.id : Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat terhadap produk dari bursa efek seperti saham, obligasi, hingga reksadana. Salah satu upaya yang dilakukan menyiapkan emiten (perusahaan yang listing di bursa efek) baru melalui berbagai pelatihan dan atau shortcourse dalam IDX Invubator.
Operation Manager IDX Incubator, Aditya Nugraha menuturkan, IDX Incubator merupakan salah satu program dari BEI untuk mewadahi startup berbasis teknologi membangun bisnis mereka.
IDX Incubator sendiri memberikan program mentoring dan pelatihan sehingga para pelaku startup berbasis teknologi ini bisa berkembang dan bisa melakukan IPO (Initial Public Offering) di bursa saham.
” Selama ini, mungkin tidak pernah terpikir oleh para pelaku UKM dan atau perusahaan startup berbasis teknologi ini untuk bisa melantai di bursa. Ini karena mereka berpikir jika bursa efek itu hanya untuk perusahaan-perusahaan besar dan sudah mapan. Ini kan kita coba ubah imagenya melalui IDX Incubator ini melalui tagline kita Capital Market untuk Semua,” ujar Aditya saat ditemui di IDX Incubator Bandung, Jalan PHH Mustofa (Suci) Kota Bandung, Jumat (28/12/2018).
Melalui IDX Incubator, para pelaku UKM startup berbasis teknologi diberikan berbagai upaya pelatihan dalam sebuah shortcourse terkait bagaimana membangun bisnis, capacity building, hingga marketing. Dalam rentang waktu enam bulan, para startup yang sudah terdaftar di IDX Incubator dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan. Mulai dari ruang kerja, ruang pertemuan, ruang pelatihan, hingga internet berkecepatan tinggi.
” IDX Incubator ini, pertama kali ada di Jakarta pada tahun 2017 lalu di Bandung dan Surabaya. Saat ini, sudah ada sekitar 70 startup binaan IDX Incubator di tiga kota yang kita harapkan bisa menjadi startup potensial untuk IPO di bursa efek,” terangnya.
Untuk menjadi startup binaan IDX Incubator, beberapa persyaratan harus dipenuhi. Diantaranya startup berbasis digital, serta produk yang dihasilkan sudah siap untuk dilakukan general revenue.
“Kalau produknya masih dalam bentuk ide, akan sangat sulit. Intinya, produknya sudah berjalan. Dan saat ini, baru satu startup binaan IDX Incubator yang sudah melakukan IPO yakni PT Yelooo Integra Datanet TBK dengan kode emiten YELO sejak 29 Oktober 2018 lalu,” tegasnya.
Kepala IDX Incubator Bandung, Ahmad Dirgantara menuturkan, saat ini pihaknya baru melakukan pembinaan terhadap 12 startup. Jumlah tersebut berdasarkan hasil seleksi dan penyaringan dari ratusan startup yang mendaftar untuk menjadi binaan IDX Incubator Bandung.
“Kalau dari sisi produk beragam, mulai dari e-commerce, software, education, hingga lifestyle. Sebenarnya potensi startup yang bisa dibina IDX Incubator Bandung ini sangat banyak, tapi kita tetap melakukan seleksi ketat,” ujar Ahmad.
Selain penyeleksian dan penyaringan dari sisi kapabilitas serta kualitas startup, Ahmad mengaku penerimaan startup binaan pun disesuaikan dengan kapasitas co-working yang dimiliki. Setelah menjadi startup binaan IDX Incubator Bandung, pelaku startup ini bisa menggunakan fasilitas yang ada sebagai ‘kantor’ mereka.
” Untuk tahun 2019, maksimal kita hanya bisa menambah 15 startup binaan karena disesuaikan dengan kapasitas co-working yang kita miliki. Tapi diluar itu, kita pun menggelar berbagai pelatih yang bisa diikuti para pelaku startup untuk mengembangkan bisnis mereka hingga pola marketingnya seperti yang sudha kita gelar pada pekan kemarin yakni Devcember Fest 2018,” pungkasnya.
(ageng/bam’s)