JAKARTA, FOKUSJabar.id: Meingkatnya level Gunung Anak Krakatau menjadi siaga III ini diwaspadai dapat kembali memicu terjadinya tsunami.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Ikatan Ahli Tsunami Gegar Prasetya setelah melihat itra satelit kondisi Gunung Anak Krakatau. Dimensi gunung yang ada di Selat Sunda itu sudah tinggal seperempat.
Gegar menambahkan, secara umum ada empat aktivitas Gunung Anak Krakatau yang dapat memicu terjadinya tsunami. Yang pertama adalah erupsi dari gunung tersebut, erupsi bisa menyebabkan terjadinya guguran material yang memicu terjadinya longsor dalam laut. Tak hanya itu, erupsi yang kuat bisa memunculkan getaran yang kuat hingga kemudian memicu terjadinya gelombang air.
Yang kedua yaitu kolaps atau rontoknya dinding gunung. Kondisi ini terjadi seperti pada Sabtu (22/12/2018) lalu. Ketiga yaitu piroklastik. Piroklastik adalah aliran letusan gunung berapi yang bergerak dengan cepat dan terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan.
Dan yang terakhir adalah ketika Gunung Anak Krakatau meledak (eksplosif). Namun Gegar mengatakan jika memang terjadi ledakan maka tak berpotensi meledak seperti ledakan dahsyat 1883 lalu.
“Karena kalau dia hanya tinggal single point explotion, dari hasil riset saya, nggak potensial menimbulkan tsunami seperti dulu. Karena dimensinya masih kecil cuma 2 km x 2 km. Sementara kalau dulu, yang tahun 1883, dimensi gunungnya 7 km dan masih ada tubuh gunungnya belum pecah waktu terjadi letusan besar,” tutupnya, Kamis (27/12/2018), seperti dikutip dari Detik.
(Vina)