CIAMIS, FOKUSJabar.id: Di era 80-90 an, mesin ketik atau mesin tik sangat populer digunakan untuk mengetik sebuah naskah, tulisan dan lainnya. Kini, zaman semakin maju dan mesin tersebut mulai ditinggalkan dan beralih ke komputer, laptop bahkan ponsel yang dilengkapi aplikasi menulis.
Kendati begitu, masih ada beberapa perkantoran yang menggunakan mesin tik untuk keperluan administrasi, bahkan penerima jasa ketik dan servis pun masih ada. Di Kabupaten Ciamis, seorang pria berusia 58 tahun Endang Sutisna masih setia dan bertahan sebagai tukang servis mesin tik di tengah kemajuan gadget yang semakin canggih.
Keahlian Endang dalam memperbaiki mesin tik masih digunakan oleh instansi-instansi di Ciamis, Banjar, Pangandaran.
Di sudut salah satu bangunan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan (DPUPRP) Kabupaten Ciamis Endang terlihat piawai memeriksa beberapa komponen mesin tik buatan Italy milik DPUPRP yang rusak dan berdebu.
Dari jasanya itu, Endang mendapat imbalan mulai dari Rp50 ribu hingga Rp200 ribu tergantung tingkat kerusakan mesin yang diperbaiki.
“Alhamdulillah bayarannya sekali servis sesuai dengan kerusakannya, lumayan,” kata pria lulusan YPS 2 Ciamis itu kepada FOKUSJabar.id, Senin (17/12/2018).
Dia menyadari bahwa pekerjaannya sebagai tukang servis mesin tik sudah tidak seperti dulu, pengguna mesin tik tidak sebanyak di eranya. Namun dia memilih tetap bertahan, terlebih keahliannya hanya memperbaiki mesin tik.
“Alhamdulillah, meski tidak sebanyak dulu, tapi masih ada yang menggunakan jasa saya memperbaiki mesin tik. Sehari satu juga Alhamdulillah. Instansi dari Ciamis, Banjar, dan Pangandaran nyervis nya ke saya,” kata dia.
Pria yang tinggal di Jalan Yos Sudarso RT01 RW15 Kabupaten Ciamis itu mengaku senang dengan pekerjaannya itu. Dengan menjadi tukang servis mesin tik dia bisa menyekolahkan tiga anaknya.
Dia sangat menyadari akan kemajuan zaman yang diiringi teknologi canggih.
“Saya yakin mesin tik tidak akan habis dimakan zaman,” tutur dia.
(Ibenk/LIN)