BANDUNG,FOKUSJabar.id: Oraginisasi Peduli Lingkungan Jawa Barat (Pelija) menilai penyebab banjir di Bandung Raya karena kurang tegasnya pemerintah mengatur Kawasan Bandung Utara (KBU).
Dari hasil survei yang dilakukan Pelija, masih sangat banyak bangunan yang melanggar aturan, terutama terkait lahan serapan air.
Ketua Pelija MQ Iswara meminta pemerintah melakukan audit secara langsung bangunan yang ada di KBU serta memberlakukan moratorium pembangunan yang ada di kawasan konservasi itu. Apalagi banjir yang terjadi di Bandung Raya semakin sering terjadi seiring musim hujan yang terjadi saat ini.
“Pemerintah pun harus kembali mempertimbangkan izin yang masuk untuk KBU. Jika kita lihat kondisi KBU saat ini sudah sangat kritis,” kata Iswara di Bandung, Kamis (13/12/2018).
Menurut dia, dalam aturan izin mendirikan bangunan, pembangunan itu harus memiliki 20 persen bangunan dan 80 persen untuk resapan air, namun di lapangan (di KBU) sebaliknya, bahkan ada yang 100 persen bangunan.
“Belum lagi bangunan-bangunan yang berdiri di kemiringan tertentu,” kata dia.
Untuk diketahui, KBU ini meliputi enam kabupaten/kota, yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi dan Subang. Dengan kata lain, harus ada peran serta yang serius dari daerah yang meliputi KBU itu.
Sebab, jika resapan air di KBU tidak dikendalikan, limpasan air yang tidak terkendali akan mengakibatkan banjir di wilayah Bandung Raya atau bahkan di lima kabupaten/kota yang merupakan lingkungan KBU.
Iswara pun meminta pemerintah bertindak cepat dengan kondisi saat ini, atau banjir akan terus melanda Bandung Raya di musim penghujan selanjutnya. Kawasan hulu harus diselesaikan terlebih dahulu untuk menurunkan intensitas banjir.
“Kami berharap tuntutan ini bisa diperhatikan Pemprov Jabar, karena kami tidak ingin setiap musim penghujan terjadi banjir,” jelas dia.
Sementara itu, petugas fungsional dan tenaga ahli Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum M Ruhimat tidak menampik jika luapan air sungai yang menyebabkan banjir di wilayah sungai Citarum disebabkan semakin menipisnya resapan air di kawasan hulu, sehingga luapan air (run off) meningkat.
“Di bagian kawasan atas, bangunan semua tembokan, bagaiman air bisa menyerap, jadi air hujan langsung masuk ke sungai, maka debit air meningkat signifikan,” kata Ruhimat.
(AS/LIN)