“Meningkatkan kesadaran dan toleransi antar sesama umat beragama sangatlah penting. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, namun tidak menjadi negara agama atau berpaham sekuler, ” kata Dubes RI M. Ibnu Said.
Dia berharap, Indonesia memberi kontribusi penting melalui Interfaith Dialogue di Denmark ini, dan bermanfaat bagi kedua negara.
Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasaruddin Umar mengatakan bahwa Denmark adalah salah satu negara yang mengaplikasikan nilai-nilai Islam paling banyak, dengan sistem negaranya.
“Maqosidul syari’ah, keadilan, kesejahteraan, kejujuran dan seluruh ukhuwah shariyah antara sesama masyarakatnya,” kata Nasaruddin.
Dia berharap, seluruh komponen bangsa peduli terhadap perkembangan negara dan menjadi ilmuwan sejati, bukan hanya karena pintar ilmunya tetapi juga dapat menuangkan keahlian dan ilmu tersebut dalam sebuah tulisan dan bermakna bagi orang lain.
Selain Nasaruddin Umar, hadir pula tokoh-tokoh lainnya, seperti dari Pusat Kerukunan Umat Beragama Ahmad Syafi’i Mufid, Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Direktur Interfidei Elga Sarapung, Confucianism dan ICRP Chandra Setiawan, dari Universitas Gajah Mada Siti Syamsiatun serta Sandra Hamid dan Mochamad Mustafa (The Asia Foundation Jakarta).
Para tokoh lintas agama Indonesia hadir di Denmark sebagai undangan dari Pemerintah Denmark untuk salah satu implementasi kerja sama bilateral Indonesia dan Denmark.
Dalam rangkaian kegiatan tersebut, para tokoh agama bertemu dengan pemerintah Denmark untuk bertukar pikiran mengenai perkembangan dialog antar-iman di Indonesia dan Denmark, seperti dengan Menteri Luar Negeri Denmark dan Danish Network of Parliamentarians for Freedom of Religion or Belief.
Tidak hanya itu, mereka pun berdialog dengan para pemuka agama pendeta, rabbi, bishop, dan organisasi keagamaan, seperti Danmission, Tro i harmoni (Faith in Harmony), dan Danish Youth Council tentang isu-isu interfaith dimension, seperti toleransi, pandangan yang sama, serta mencari visi dan inisiatif baru untuk menciptakan keharmonisan dalam perbedaan.
(LIN)