BANJAR, FOKUSJabar.id : Dalam rangka Gerakan Literasi Masyarakat (GLM) Etnografi Institute, Gending Sekar Nusantara, Yayasan Ruang Baca Komunitas (YRBK) bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjar membentuk Panggung Sajak.
Panggung apresiasi sajak tersebut terbentuk berawal dari misi besar membangun narasi pembangunan melalui sajak atau puisi sebagai tanda perkembangan ilmu pengetahuan.
Selain itu, memberikan ruang ekspresi bagi para pecinta sastra sajak untuk mengumandangkan ide dan gagasan yang tertuang dalam sebuah narasi sastra puisi.
Ketua KPU Kota Banjar, Dani Danial Muklis, mengatakan, esensi demokrasi yakni kebebasan untuk menuangkan pendapat. Maka perlu adanya gerakan literasi masyarakat yang membahas mengenai makna penting dari arti demokrasi.
” Untuk menanam sadar berdemokrasi, kami terus mengkampanyekan budaya literasi dikalangan masyarakat,” ungkapnya, Kamis (29/11/2018).
Hadirnya Komunitas Panggung Sajak yang terdiri dari, wartawan, sastrawan, budayawan, akademisi, pelajar dan mahasiswa merupakan salah satu upaya membangkitkan kembali budaya diskusi yang kerap dilakukan di kota-kota besar di Indonesia.
Danial mengaku bangga dengan adanya panggung sajak ini. Dia memiliki alasannya seperti bagaimana arti sebenarnya dari kata panggung.
Panggung sajak adalah sebuah wahana, sarana dan ruang untuk siapapun tak terkecuali yang akan menyampaikan gagasan, harapan dan kritik melalui sajak/puisi.
” Secara pribadi, saya sangat bangga dengan adanya panggung sajak ini. Karena bagi saya, kunci penting dari sajak atau puisi adalah membunyikan kata-kata meletakkan gagasan (ide) dan menyampaikan pesan,” imbuhnya.
Danial menambahkan, kegiatan tersebut adalah sebuah desain untuk menghidupkan kembali dunia sastra. Sehingga dengan adanya panggung sajak, para sastrawan, budayawan dan seniman Kota Banjar bisa berbagi pengetahuan kepada masyarakat, terutama generasi muda.
Sajak itu identik dengan suara baik dalam arti sebenarnya maun suara dalam arti majazi yaitu harapan cita-cita pembaca terlebih penciptanya yang sangat memumgkin kan juga bisa mewakili harapan masyarakat banyak.
“Maka pada titik ini, dari sudut pandang saya sebagai pejuang demokrasi (penyelenggara pemilu) panggangung sajak juga ada bentuk literasi demokrasi. Karena memalui panggung ini, kebebasan berpendapat terjamin dan itulah hakikat demokrasi,” pungkasnya.
(Boip/Bam’s)