CIMAHI, FOKUSJabar.id: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibabat gunakan dana talangan untuk menutupi semua pengeluaran seperti, pembayaran obat dan jasa pelayanan medis. Hal itu terjadi karena BPJS Kesehatan menunggak klaim pembayaran.
Wakil Direktur RSUD Cibabat Richard Nicolas mengungkapkan, penunggakan klaim BPJS Kesehatan terjadi sejak Juli. Rata-rata klaim yang harus dibayarkan terhadap RSUD Cibabat mencapai Rp 8-10 milyar per bulan. Sedangkan biaya operasional rumah sakit dalam sebulan rata-rata mencapai Rp 8-9 milyar.
“Pasti berdampak. Tapi apapun dampaknya kita harus tetap melayani. Pelayanan harus prima,” kata dia.
Menurut dia selama sebulan ini sangat terasa imbas dari penunggakannya. Salah satunya berdampak pada pembelian obat yang tertunda, begitupun dengan penunjang medis.
Kemudian, pelayanan jasa medis atau insentif bagi jasa pelayanan medis pun sempat tertunda. Untuk menutupinya, tegas dia, pihaknya menggunakan dana kas RSUD Cibabat.
“Kita ambil dari dana yang kita miliki. Yang belum digunakan ya kita pakai dulu bayar jasa pelayanan medisnya,” jelas Richard.
Namun, kata dia, pihaknya tidak mungkin selalu mengandalkan dana kas tersisa untuk menutupi biaya operasional rumah sakit. Pihaknya berharap permasalahan ini segera bisa diselesaikan oleh BPJS Kesehatan.
“Mengingat persediaan kita juga sudah menipis,” tuturnya.
Sebagai langkah antisipasi, RSUD Cibabat tengah mengkaji kerja sama dengan perbankan untuk penyediaan dana sesuai klaim dari BPJS Kesehatan. Opsi itu ditawarkan pihak BPJS Kesehatan.
“Kalau kita menggunakan jasa bank berarti beban bunga yang diberikan itu tidak lebih besar dari pada tunggakan yang akan dibayarkan oleh BPJS,” jelasnya.
(Achmad Nugraha/LIN)