BANDUNG,FOKUSJabar.id: Perhelatan Pekan Olahraga Daerah (Porda) XIII Jabar tahun 2018 sudah usai digelar dengan menasbihkan kontingen tuan rumah, Kabupaten Bogor sebagai juara umum. Namun, multieven olahraga empat tahunan terbesar yang digadang-gadang sebagai titik awal persiapan Jabar menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) XX belum memperlihatkan peningkatan sisi prestasi.
Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) KONI Jabar, Yunyun Yudiana menuturkan, dari sisi teknis, pelaksanaan Porda XIII Jabar tahun 2018 berjalan sebagaimana mestinya. Terkait banyaknya protes dari kontingen kota/kabupaten, merupakan hal yang wajar dalam sebuah perhelatan atau pertandingan olahraga.
“Namun dari sisi prestasi, saya menilai belum tergambarkan secara pasti kekuatan Jabar untuk PON XX. Pasalnya, tidak banyak rekor nasional berhasil dipecahkan atlet yang berlaga di Porda XIII Jabar,” ujar Yunyun saat ditemui di sekretariat KONI Jabar, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Senin (22/10/2018).
BACA JUGA:
Keluarga Terduga Penipuan di Kota Banjar Ajukan Praperadilan
Hal ini, lanjut Yunyun, tidak sebanding dengan keberadaan atlet nasional yang masih ikut terjun di ajang multieven olahraga tingkat Jabar tersebut. Dirinya melihat, setidaknya hanya sekitar 20 persen atlet nasional yang tidak bisa turun berlaga di Porda XIII Jabar karena berbagai alasan.
“Rekor nasional itu bisa menjadi acuan kita untuk persiapan PON XX sekaligus membuktikan kalau memang ada peningkatan dan keberhasilan dari pembinaan olahraga prestasi di Jabar. Kalau hanya rekor Porda Jabar, itu tidak bisa kita jadikan acuan untuk PON XX,” terangnya.
Mantan Dekan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) UPI ini pun menyebut jika pencapaian juara umum Porda XIII Jabar yakni Kabupaten Bogor pun tidak memperlihatkan keberhasilan dari sisi pembinaan. Pasalnya, raihan medali atlet yang membela Kabupaten Bogor tidak selaras atau berbanding lurus dengan keberadaan fasilitas maupun pembinaan di Kabupaten Tegar Beriman tersebut.
“Indikasi pembinaan olahraga di Kabupaten Bogor terhadap perolehan medali sebanyak itu, saya lihat belum signifikan dengan fasilitas yang ada. Kabupaten Bogor banyak meraih medali di cabang olahraga terukur, tapi fasilitas pendukung pembinaan cabang olahraga tersebut tidak berbanding lurus. Yang ada itu hasil dadakan bukan hasil pembinaan. Kabupaten Bogor banyak merektur atlet melalui mutasi dan kita sendiri tahu asal atlet tersebut darimana,” paparnya.
Terkait mutasi atlet yang kerap terjadi di setiap ajang multieven olahraga termasuk Porda XIII Jabar, Yunyun menilai harus ada bidang khusus yang menangani hal tersebut. Selain itu, harus ada kebijakan aturan tegas yang dikeluarkan oleh pihak pusat. Baik dari KONI Pusat maupun PB/PP cabang olahraga berkaitan.
“Mengatasi mutasi itu butuh perangkat khusus, tidak hanya dari sisi sumber daya manusia tapi aturan juga. Jika PB punya kebijakan, atlet yang ikut Porda di suatu daerah dan ternyata ikut juga Porda di daerah lain, maka harus ada skorsing juga dari PB atau tingkat pusat. Sifatnya harus mendidik. Harus ada aturan tegas kalau atlet yang sudah ikut Porda di suatu daerah tidak diperbolehkan ikut di daerah lain,” terangnya.
Meski demikian, lanjutnya, mutasi yang terjadi setiap menjelang multieven olahraga terjadi karena sudah terjadi pergeseran nilai dari atlet. Saat ini, atlet tidak mengejar nilai kedaerahan atau patriotisme tapi nilai lain salah satunya materi.
“Sudah terjadi pergeseran nilai yang hebat dalam diri atlet saat ini. Karena itu kita harus paham akan kebutuhan atlet saat ini dan saat atlet memiliki pekerjaan yang layak, saya kira (mutasi) itu akan terkunci dengan sendirinya. Kalau bisa, atlet nasional itu diikat dalam pekerjaan yang layak plus fasilitas latihan,” tegasnya.
(ageng)