SUMEDANG, FOKUSjabar.co.id: Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa secara resmi membuka kegiatan Konferensi Pembangunan Jawa Barat IV dengan tema “Revolusi Industri 4.0: Tantangan dan Inovasi untuk Daerah di Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD) Jatinangor, Kab. Sumedang, Kamis (27/9/18).
Dalam sambutannya Iwa menjelaskan, bahwa Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perindustrian RI telah merencanakan program Agenda Nasional Making Indonesia 4.0 yang merupakan sebuah roadmap terintegrasi yang dijabarkan ke dalam sepuluh prioritas nasional. “Untuk tahap awal, pembangunan difokuskan pada lima sektor utama yang dianggap akan memberikan dampak ekonomi, yaitu industri, makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia serta elektronik,” jelas Iwa.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), distribusi persentase kelima sektor industri tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat menunjukan tren yang positif, dengan realisasi pada tahun 2016 mencapai 37,88% dan 37,65% pada tahun 2017.
“Diharapkan PDRB Jawa Barat akan terus tumbuh dengan kenaikan distribusi industri manufaktur dan peningkatan rasio ekspor netto terhadap PDRB sesuai dengan target nasional 5-10%,” sambungnya.
Melalui visi dan misi “Menjadikan Jabar Juara Lahir dan Batin”, Iwa menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyusun program-program unggulan untuk menjawab tantangan dampak dari revolusi industri 4.0, baik dari aspek regulasi, infrastruktur, sumber daya manusia, dan kelembagaan.
“Program-program unggulan tersebut diantaranya: dibentuknya kebijakan industri dengan program berbagai inovasi pelayanan publik dan penataan daerah, dibangunnya kawasan industri lokal di Kab/Kota Jabar khususnya industri kecil, penyiapan infrastruktur ekonomi digital, inkubator bisnis dan creative/startup company,”
paparnya.
“Selain itu adapun akses pendidikan yang menyiapkan SDM generasi milenial agar menjadi angkatan kerja yang kompetitif, kreatif dan inovatif, penguatan mata rantai produksi dan sistem logistik, serta peningkatan investasi berteknologi tinggi dari dalam dan luar negeri,” ujar Iwa.
Revolusi Industri 4.0 merupakan nama tren otomatisasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik yang mulai dikenal sejak tahun 2011 saat Pemerintah Federal Jerman menerapkan proyek Strategi Teknologi Modern Jerman 2020 (Germany’s High-Tech Strategy 2020) yang salah satunya diimplementasikan melalui peningkatan teknologi tinggi disektor manufaktur dalam menghadapi kompetisi.
Setidaknya terdapat tiga komponen mendasar yang menjadi ciri khas pada revolusi industri 4.0 ini, diantaranya: industri dibasiskan pada penggunaan Internet of Things (IoT), Internet of People (IoP), dan Internet of Everyting (IoE). Adapun industri yang memanfaatkan Cyber-Pysical System (CPS) yang memadukan proses komputasi siber dengan proses fisik yang dilakukan manusia, serta Smart Factories yang mampu mengintegerasikan IoR dan CPS.
“Dengan ketiga komponen tersebut, karakteristik industri 4.0 bersifat saling berhubungan, transparan, dan terdesentralisasi,” tambah Iwa. “Sudah tentu besar harapan kami pada ajang strategis seperti ini dapat melahirkan gagasan-gagasan dan ide baru untuk mewarnai inovasi pembangunan di Jawa Barat agar Jabar selalu termotivasi untuk lebih baik lagi dan lagi ,” tutupnya.