BANDUNG, FOKUSJabar.id : Project Director High School League (HSL) 2018, Gisma ‘Melon’ Priayudha menuturkan, gelaran liga e-Sports bagi para pelajar menjadi upaya dalam menyelamatkan generasi muda Indonesia. Keberhasilan Indonesia meraih medali emas di cabang olahraga eksebisi Asian Games 2018, e-Sports menjadi tantangan untuk terus mempertahankan prestasi tersebut.
“Dengan masuk sebagai cabang olahraga yang dipertandingan di Asian Games 2018 kemarin, meski hanya eksebisi, semakin memotivasi kita untuk menyelamatkan generasi muda sehingga kita siapkan liga e-Sports ini. Melalui HSL ini, generasi muda yang memiliki minat dan bakat dalam dunia game atau digital menjadi memiliki target dan mereka bisa berkompetisi. Kecanduan game itu kalau tidak ada kontrol dan tidak punya target,” ujar Gisma saat ditemui di Arion Swiss Bell Hotel, Jalan Otto Iskandardinata Kota Bandung, Selasa (18/9/2018).
Gisma mengaku, dirinya sendiri merupakan salah satu dari ‘korban’ game-game online yang mulai berkembang di tahun 2009. Berbekal dari pengalaman tersebut, anak muda yang akrab disapa Melon ini pun tidak ingin pengalaman buruk yang menimpanya dirasakan oleh generasi muda lain.
“Dengan target yang jelas, maka generasi muda akan lebih disiplin mempersiapkan diri mencapai target tersebut. Tidak ketergantungan atau menjadi kecanduan terhadap game, karena e-Sports ini membutuhkan serta menuntut fisik prima, konsentrasi tinggi, disiplin, kerjasama tim, sportivitas, hingga kecerdasan dalam berstrategi,” terangnya.
Dengan nilai-nilai tersebut, lanjutnya, maka dipilih kategori siswa SMA sebagai peserta HSL ini sehingga bisa mengembangkan diri lebih baik kedepan melalui keikutsertaan mereka dalam liga e-Sports ini. Melalui nilai-nilai yang terkandung dalam e-Sports, para generasi muda, khususnya siswa SMA, akan didorong memiliki kecakapan manajerial, analisa dan komunikasi bagi yang meminati profesi manager tim, pengamat, serta komentator pertandingan hingga keuntungan secara ekonomi.
“HSL ini menawarkan hadiah yang tidak sedikit dengan total senilai Rp1,2 miliar dalam bentuk beasiswa, kurikulum eSports, subsidi ekstrakurikuler, dan dukungan perlengkapan untuk laboratorium e-Sports sekolah,” tambahnya.
HSL 2018 akan mempertandingkan DOTA 2 sebagai gim utama. Dipilihnya DOTA 2 karena gim Real Time Strategy ini dapat mendorong pemain untuk meningkatkan kemampuan kerjasama, kekompakan, pengambilan keputusan, strategi, sportivitas, dan disiplin. Pertandingan HSL 2018 sendiri akan diadakan setiap Sabtu dan Minggu sehingga tidak mengganggu jadwal sekolah atau belajar.
“Setiap musim kompetisi akan berlangsung selama satu semester. Untuk setiap tim, maksimal berjumlah 10 orang siswa dan satu sekolah hanya diperbolehkan mengirim satu tim,” tegasnya.
(ageng/bam’s)