BANDUNG, FOKUSJabar.id : Direktur Utama PT Jabar Bersih Lestari (JBL), Mr. Do Yun Yu mengatakan, jika Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) berhasil beroperasi, maka akan menjadi proyek Refuse Derived Fuel (RDF) pertama di Indonesia.
RDF merupakan bahan bakar ramah lingkungan berupa batu bara hijau.
“ Ini akan menjadi proyek RDF pertama di Indonesia. Diharapkan akan menjadi model yang baik bagi pengelolaan limbah di Indonesia serta negara-negara lain di Asia Tenggara,” harap Do Yun Yu.
Sebagai Perwakilan dari PT JBL, dia berjanji akan membuat proyek sampah tersebut hingga berhasil.
“ Saya berjanji akan berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan proyek berhasil dilaksanakan dengan ramah lingkungan, higienis dan selaras dengan masyarakat,” tegas dia.
Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa, Kristian Kartawijaya menyambut baik proyek TPPAS. Menurutnya, proyek sampah Lulut-Nambo memiliki nilai strategis. Bagaimana tidak, dari sampah rumah tangga bisa menjadi sumber energi. Ini adalah sejarah baru bagi Indonesia.
“ Sampah rumah tangga berupa plastik adalah masalah yang memusingkan. Tapi dengan teknologi ini, plastik pun bisa kita makan. Jadi plastik-plastik yang ditakuti bisa menjadi sumber bahan bakar,” ungkap Kristian.
Selain itu, hasil pengolahan sampahnya yaitu RDF bisa mengurangi karbon dari industri semen. Dia pun berujar, proyek tersebut diharapkan bisa menjadi proyek percontohan pengelolaan sampah bagi daerah lain di Indonesia.
“ Kami percaya, ini akan menjadi energi yang lebih ramah lingkungan, terbarukan serta mengurangi emisi karbon bagi indutri semen itu sendiri,” pungkas Kristian.
Seperti diketahui, proyek TPPAS Regional Lulut Nambo yang berlokasi di Kampung Curug Dengdeng, Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor direncanakan sejak tahun 2002. Beberapa kali tertunda karena berbagai permasalahan birokrasi.
(Bam’s)