BANDUNG, FOKUSJabar.id: Kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Gegerkalong, Setiabudi, Bandung setiap pagi dan sore menjadi potret wajah kesemrawutan lalu lintas.
Hak pejalan kaki semakin tak terlayani, mereka terpaksa mengalah dari membludaknya kendaraan bermotor yang berdesakan berebut jalan. Akibatnya, kemacetan di jalan tersebut sudah menjadi budaya lalu lintas setiap harinya.
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Pendidikan Indonesia, Irfan Iskandar memberikan catatan merah pada pemerintah. Bagi dia pemerintah dianggap tidak melakukan upaya untuk menanggulangi masalah sosial yang terjadi di kawasan sekolah dan kampus.
“Seharusnya ini menjadi perhatian serius pemerintah. Ketika aktivitas kampus ini dituntut untuk ekstra cepat, namun kondisi lingkungan tidak mendukung salah satunya yakni lalu lintas yang semrawut,” ucap dia, Selasa (04/09/2018).
Kesadaran masyarakat juga pemerintah harus saling berhubungan dengan cara memberlakukan sistem jalan kaki disekitar kawasan pendidikan.
Bagi dia banyak manfaat bila sistem jalan kaki di sekitar kampus, selain untuk menyehatkan akan tetapi pengaruh terhadap psikologi mahasiswa akan mempengaruhi dengan ramahnya lingkungan.
Hal senada juga disampaikan Risma mahasiswa SPs Universitas Pendidikan Indonesia juga guru di salah satu sekolah di Darut Tauhid.
Menurutnya, kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Gegerkalong ini disebabkan kurangnya tata ruang yang terlokalisir baik. Seperti berkembangnya pedagang, kos-kosan juga jumlah kendaraan yang semakin meningkat.
“Dua belas tahun yang lalu, Gerlong tidak seramai sekarang. Penjual semakin banyak kos-kosan juga bertambah tentu mobilitas sosial di Gegerkalong semakin tinggi,” kata Risma.
Selain itu, Risma mengemukakan bahwa jalan Gegerkalong ini menjadi salah satu jalan alternatif imbas dari kemacetan pada jalan-jalan besar. Juga kendaraan roda enam terkadang memaksakan masuk pada jalan ini.
Dia menyarankan pemerintah memberlakukan rekayasa lalu lintas untuk pagi dan sore. Ini bertujuan mengurai kemacetan yang kerap membuat jengah para pejalan kaki dan mahasiswa.
(Boip/Bam’s)