CIAMIS, FOKUSJabar.id: Awalnya hanya iseng, lalu diupload di media sosial. Akhirnya laku dan sampai saat ini konsisten menekuni bisnis cuhcur dan onde yang pemasarannya melalui medsos. Itulah Nunung Nursaadah alias Aulia Zahra pelaku UKM makanan olahan dari Jati Kecamatan Sindangrasa Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.
Bagi pengemar jajanan yang eksis di medsos, branding Cuhcur dan Onde Karoehoen sudah tak asing lagi, Lantas kenapa namanya Karoehoen diambil dari kebiasan neneknya di Kawali yang selalu menyuguhkan cuhcur saat berkunjung. Cuhcur buatan nenek itu rasanya maksos, meski disimpan satu hari tetap enak.
“Nama Karoehoen diambil dari resep nenek, jadi misinya ingin melestarikan makanan tradisional di tengah menjamurnya makanan modern, masa sih lidah urang Sunda tak suka dengan makanan buhun,” katanya.
Sebenarnya usahanya itu sudah dirintis dua tahun lalu, tapi baru diseriusi setahun belakangan. Sejak pindah dari Kota Banjar ke Ciamis. Geliat kuliner di Kota Ciamis sedikit lebih maju, ini terlihat dari banyaknya unggahan foto makanan di Grup facebook wisata kuliner Ciamis. “Ketika itu saya iseng gabung di grup wiskul, dan unggah foto cuhcur buatan nenek itu, eh banyak juga yang ngelike dan koment, kemudian minta DO (diantar),” katanya.
Awalnya Nungky hanya bikin satu kilogram adonan. Bahannya tepung beras kualitas bagus, gula aren dan minyak kelapa. Tanpa pengawet. Dan hari itu juga cuhcur sekitar 100 biji ludes dipesan penggemar kuliner di medsos. Karena laku, Aulia tambah semangat, keahliaanya membuat onde-onde pun dicoba. Jadi hari berikutnya tak hanya menjual cuchur tapi ditambah dengan onde-onde. Jadi namanya Cuchcur dan Onde Karoehoen.
Untuk mengantarkan pesanan yang diorder lewat facebook, terkadang dilakukan sendiri atau suaminya. Disela-sela kesibukan kerja.
Dikisahkan, geliat usaha Cuhcur dan Onde-onde bermula dari kekecewaannya saat ingin menyantap makanan buhun. Browsing dan ngintip di medsos tak ada yang menjual makanan khas. Yang banyak justru menawarkan makanan pitza, sosis, bakso dll.
Dari situ, Aulia bertekad untuk mengkreasikan sendiri kue mungil berbentuk bulat tersebut. Karena memiliki bakat memasak, Nungky Aulia dibantu sang suami sukses menghasilkan cuhcur dan Onde-onde bercita rasa lezat. Kelezatan cuhcur dan Onde- onde buatan mereka ternyata mendapat respon positif dari pecinta kuliner ciamis. Bahkan sejumlah pejabat di Ciamis pun
order.
Alhasil, pasutri ini pun mulai menggeluti usaha bertajuk Cuhcur dan Onde-onde dengan brand Karoehoen. Nunung yakin kue tradisional seperti cuhcur dan Onde-onde masih memiliki tempat di lidah orang Indonesia, apalagi jika diberi sedikit modifikasi dan dipasarkan secara online sehingga tampil lebih modern.
Karena sudah mengantongi formula rahasia, onde dan cuhcur karoehon masih bertahan sampai saat ini. Pelanggan masih tetap setiap melakukan repeat order. Agar tak jenuh, Karoehoen mengembangkan beberapa varian rasa dan menambah produk buhun. Seperti pisang molen.
Untuk menjalankan usahanya, lulusan pesantren di Kawali Ciamis ini menggelontorkan modal awal sebesar Rp 200 ribu. Modal tersebut digunakannya untuk membeli bahan baku ketika memperoleh pesanan pertama sebanyak 150 pieces Onde-onde dan cuhcur.
Bak mendapat durian runtuh, setelah setahun berjalan, pasutri ini mulai kebanjiran order. Bahkan kerap kebanjiran order. Kini dia ingin mendapat gerai di pusat Kota Ciamis atau di Tasikmalaya. Namun karena kendalanya modal keinginanya belum terlaksana. “Ngontrak tempat di pusat kota itu rada lumayan mahal, kalau yang mau inves mah agak ringan,” katanya.
(DAR)