TASIKMALAYA, FOKUSJabar.id : Untuk menjaga dan melestarikan budaya serta kesenian tetap eksis di tengah-tengah masyarakat, khususnya generasi muda, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI terus menggalakkan program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS).
Menurut Dirjen Kebudayaan pada Kemendikbud, Hilmar Farid, GSMS membantu pemerintah dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pelestarian budaya serta seni khususnya generasi muda menjaga sekaligus mencintai budaya dan seni lokal daerah agar tetap eksis.
Hal itu Hilmar Farid sampaikan dalam acara implementasi UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan di Hotel Horison, Jalan Yudanegara, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Sabtu (11/08/2018).
” UU No5/2017 akan menjadi induk dari segala regulasi yang berkaitan dengan berbagai produk hukum yang mengatur masalah budaya dan kesenian di masyarakat Indonesia. Dengan begitu, seluruh elemen masyarakat berperan dalam memajukan dan melestarikan budaya dan seni kekayaan daerah,” ungkap Hilmar.
Untuk mendukung implementasi pelaksanaan UU tersebut lanjut dia, Kemendikbud terus menggalakkan program GSMS untuk membantu pemerintah memberikan pengajaran penguatan pendidikan seni dan kebudayaan pada anak-anak sekolah.
” Berbagai hambatan dalam memajukan dan melestarikan seni dan budaya, semisal jarak antara sekolah dengan fasilitas kesenian yang ada susah terjangkau, kurangnya jumlah tenaga pendidik bidang ilmu kesenian ditambah guru kesenian yang ada cendrung masih memilih tinggal di kota-kota enggan mengajar di pelosok-pelosok desa,” tuturnya.
Dia juga menjelaskan, sudah lunturnya seni budaya ditengah-tengah masyarakat karena kurangnya rasa mencintai dan memiliki budaya lokal ditambahkan pengaruh budaya luar.
” Strategi kuncinya yakni pendidikan. Kita perlu memperbanyak guru bidang seni. Namun saat ini memang terbatas SDM seni, tapi dengan program GSMS setidaknya adanya pemerataan seni budaya dalam melengkapi praktek pengajaran di sekolah-sekolah,” tambahnya.
Hilmar menyebut, jumlah guru seni dan jumlah sekolah yang ada di Indonesia tidak seimbang. Dimana jumlah guru seni sekitar 1.320 orang sementara jumlah sekolah 208.000 unit.
(Seda/Bam’s)