BANDUNG, FOKUSJabar.id : Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terus melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan industri olahraga salah satunya dengan menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Manajemen Industri Olahraga 2018 dengan tema ‘Meningkatkan Kualitas SDM Pelaku Industri Olahraga’ di Parahyangan Ballroom, Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang Kota Bandung. Kegiatan yang diinisiasi Asisten Deputi Industri dan Promosi Olahraga pada Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora digelar selama lima hari mulai Kamis (28/6/2018) hingga Senin (2/7/2018).
Plt Asisten Deputi Industri dan Promosi Olahraga pada Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Sandi Suwardi Hasan menuturkan, bidang industri olahraga merupakan salah satu bentuk implementasi dari UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Beberapa aspek dalam industri olahraga sendiri, masih membutuhkan pengembangan mulai dari wawasan, pengetahuan, hingga keterampilan bagi pelaku industri olahraga dalam spektrum manajemen industri olahraga. Dengan demikian, pengelolaan industri olahraga sendiri semakin berkembang dengan pesat.
“Di Indonesia sendiri, sampai saat ini belum ada yang memiliki keahlian dalam hal manajemen olahraga dan industri olahraga. Bahkan untuk Asian Games 2018, panitia pelaksana INASGOC harus ngontrak event organizer dari Amerika dengan nilai mencapai sampai ratusan miliar rupiah. Ini karena di Indonesia belum ada lembaga yang memiliki sertifikasi dalam pengelolaan sebuah even internasional,” ujar Sandi usai membuka secara resmi Diklat Manajemen Industri Olahraga 2018 dengan tema ‘Meningkatkan Kualitas SDM Pelaku Industri Olahraga’ di Parahyangan Ballroom, Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang Kota Bandung, Kamis (28/6/2018).
Sandi menambahkan, pada saat ini Inasgoc pun sedang melakukan lelang untuk VIP and VVIP handling dengan nilai kontrak mencapai Rp11 milyar. Termasuk untuk Crowd Management terkait bagaimana mengelola sebuah keramaian tidak menjadi ricuh.
“Semua itu harus memiliki sertifikasi dan itulah yang namanya industri olahraga. Untuk itu, pelaksanaan Asian Games XVIII di Indonesia pada 18 Agustus sampai 2 September yang menelan biayanya tidak kurang dari puluhan trilyun harus bisa dimanfaatkan. Even ini harus menjadi investasi bagi Indonesia kedepan sehingga saat even-even olahraga banyak digelar di Indonesia, kita sudah memiliki orang-orang yang ahli dalam manajemen industri olahraga,” tegasnya.
Kepala Dispora Jabar, Yudha M Saputra menambahkan, industri olahraga telah memberikan anugerah bagi Jabar saat pelaksanaan PON XIX tahun 2016 lalu. Gelaran multieven olahraga nasional empat tahunan yang menelan anggaran APBD Provinsi Jabar lebih dari Rp4 trilyun memberikan dampak yang sangat positif.
”Return of investment itu benar-benar terjadi saat PON XIX. Bahkan saat PON XIX, pertumbuhan ekonomi Jabar bisa mencapai 6 persen. Artinya jika pelaksanaan olahraga dikemas secara baik dan apik, maka akan sangat menguntungkan. Dan kegiatan ini sangat bagus dalam menginisiasi untuk menciptakan para pengusaha di bidang industri olahraga karena ini harus digarap secara serius serta menjadi bisnis yang menjanjikan,” pungkasnya.
Kegiatan diklat sendiri diikuti sekitar 80 orang dari beberapa provinsi dengan berbagai latar belakang. Mulai dari pelaku industri olahraga, aparatur sipil di bidang olahraga, hingga stakeholder olahraga terkait yang berasal dari Jabar, DKI Jakarta, Jatim, Jateng, NTB, NTT, dan Bali. Diklat sendiri menghadirkan beberapa pemateri yang pakar di bidang olahraga seperti M Kusnaeni, Amung Ma’mun, dan Moch. Arifin.
(ageng/DAR)