BANDUNG,FOKUSJabar.id: Berbagai lembaga survei telah mengeluarkan hasil surveinya untuk empat kandidat Cagub-Cawagub Jawa Barat 2018.
Hampir semua survei menempatkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul sebagai pemenang dan Tubagus Hasanuddin (Kang Hasan) dan Anton Charliyan (Kang Anton) sebagai paslon yang memiliki polling terendah dari ketiga paslon lainnya.
Meski begitu, Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing mengatakan bahwa hasil survei itu tidak bisa dijadikan jaminan kemenangan oleh para pasangan calon.
BACA JUGA:
Perekonomian Jabar Meningkat di Triwulan Pertama 2024
Menurut dia, hasil survei yang diberikan kepada masyarakat hanya bersifat sesaat dan tidak dilakukan secara mendalam. Sehingga tidak bisa menjadi penentu kemenangan.
“Tidak ada jaminan menang dari hasil survei. Itu potret sesaat saja dan tidak bisa dijadikan pegangan mutlak menentukan pemenang,” kata Emrus, Minggu (25/3/2018).
Dosen Pascasarjana Universitas Pelita Harapan (UPH) itu menilai, seharusnya para surveyor tidak hanya memberi tahu hasil surveinya, tetapi juga memaparkan metodologi yang digunakan.
Metodologi tersebut, lanjut Emrus, menentukan kualitas dan keabsahan hasil survei itu.
“Kita pun harus tahu pembiayanya siapa, apakah dari kelompok yang netral, itu semua harus dibongkar ke publik agar masyarakat tahu,” paparnya.
Emrus menambahkan, hasil survei bisa menjadi penggiring opini masyarakat dalam menentukan pilihan. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat Jabar lebih jeli menentukan calon pemimpinnya.
Menurut dia, yang paling penting adalah memilih pemimpin Jawa Barat berdasarkan sosok dan program yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan di Jabar, bukan berdasaekan hasil survei.
“Mana program yang bisa menjadi solusi bagi rakyat Jabar, maka itulah yang harus dipilih oleh masyarakat Jabar. Bukan berarti mereka yang tingkat surveinya lebih baik otomotis baik programnya, belum tentu,” tegas dia.
Dia pun berpesan agar para calon tidak terlena dengan hasil survei, dan tetap berkerja kerasal memenangkan hati rakyat.
Caranya adalah dengan mendekati dan merangkul rakyat secara langsung baik door to door, maupun dibantu melalui sosial media.
Selain itu, para calon menjelaskan secara langsung program kepada kepada masyarakat Jawa Barat.
“Program yang ditawarkan program yang sifatnya terukur dan menjawab persoalan masyarakat, tidak hanya konseptual dan retorika,” pungkas dia.
(LIN)