BANDUNG,FOKUSJabar.id: Tiga atlet tenis meja Jawa Barat yang juga penyumbang medali emas di PON XIX/2016 Jabar, mengundurkan diri.
Mereka mundur karena pihak Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Jabar maupun KONI Jabar sudah tidak sejalan dan berkomitmen mendukung peningkatan prestasi bagi mereka bertiga.
Ketiga atlet tersebutt yakni Yon Mardiono, Dahlan Haruri, dan Gilang Maulana.
Yon adalah penyumbang medali emas nomor beregu putra, medali emas nomor double putra, dan medali perak di nomor mix-double.
Gilang Maulana menyumbang medali perak nomor double putra, medali perunggu single putra, dan medali emas beregu putra. Sedangkan Dahlan Haruri menyumbangkan medali emas beregu putra, medali emas double putra, dan medali perak single putra.
Yon menuturkan, dirinya bersama kedua rekannya tersebut sudah mengajukan surat pengunduran diri sebagai atlet Jabar kepada KONI Jabar. Surat tersebut pun ditembuskan kepada Pengprov PTMSI Jabar, PP PTMSI, dan KONI Pusat.
“Kita ajukan pengunduran diri karena melihat dua hal. Yakni nasib kita di PON XX tahun 2020 di Papua dan Porda Jabar XIII pada Oktober 2018 nanti di Kabupaten Bogor,” ujar Yon saat ditemui di Ruang Wartawan KONI Jabar, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Sabtu (10/3/2018).
Yon menuturkan, setelah memberikan medali bagi Jabar di PON XIX, dirinya bersama dua rekannya tidak pernah mendapat perhatian lagi. Baik dari pihak PTMSI Jabar maupun KONI Jabar untuk menunjang peningkatan prestasi mereka.
“Kita sudah tanyakan itu kepada pihak terkait, tapi tidak pernah ada jawaban pasti. Kami bertiga pun tetap menjaga performa dan prestasi dengan mengikuti kejuaraan meski tanpa ada bantuan sedikit pun. Dan di kejuaraan itu, kami mampu membuktikan masih yang terbaik di Indonesia,” terang Yon.
Hal lain yang membuat pihaknya merasa ‘disingkirkan’ yakni dengan adanya pembatasan usia pada cabang olahraga tenis meja di Porda Jabar XIII. Yon dan Dahlan menjadi satu dari dua atlet tenis meja yang terkena imbas pembatasan usia tersebut.
“Jadi kami harus memilih, apakah saya atau Dahlan yang nggak main. Tapi yang lebih aneh lagi, kenapa harus dibatasi juga nomor yang bisa kita ikuti. Alasan mereka takut kami yang jadi juara lagi sehingga atlet muda tidak muncul. Ini kan aneh, kalau begitu, atlet Cina nggak boleh main di Asian Games karena yang juara pasti mereka. Kami mendukung regenerasi atlet, tapi ya jangan korbankan atlet lain,” paparnya.
Dahlan menambahkan, dirinya dan dua rekannya memilih untuk tetap berkarir sebagai atlet karena merasa masih bisa memberikan prestasi bagi Jabar. Bahkan di beberapa kejuaraan yang diikuti, dirinuya bersama Yon dan Gilang masih tetap menjadi nomor satu dan mengalahkan atlet dari provinsi lain.
“Kami ini mengorbankan segalanya untuk tetap menjaga prestasi kami. Bagi kami, prestasi menjadi ‘jualan’ kami karena itu kami memilih untuk tetap menjaga prestasi tersebut. Tapi saat prestasi yang kami raih sudah tidak lagi dihargai daerah kami, ya harus gimana lagi. Kami ini hidup dari tenis meja, olahraga ini mata pencaharian kami,” tegas Dahlan.
Dahlan pun mengaku aneh dengan aturan yang diterapkan di Porda Jabar 2018.
(Ageng/LIN )