Hal itu menyusul kasus kekerasan terhadap ulama di Jawa Barat baru-baru ini.
“Waspada, ini bisa jadi modus dan yang disasar adalah para ulama. Ini ada apa? ” kata Demiz saat mengunjungi Garut, Selasa (6/2/2018).
Demiz pun mengatakam bahwa kejadian ini tidak cukup hanya aparat penegak hukum yang mencegah. Masyarakat pun harus ikut menjaga setiap ulama yang kebanyakan berkegiatan di masjid dan pesantren.
“Jangan hanya aparat penegak hukum yang waspada, tapi masyarakat juga. Di mana ulama hidup di antara kita, baik di masjid atau pesantren, kita jaga di tengah kita,” katanya.
Dia mengaku khawatir dengan maraknya orang dengan gangguan jiwa yang melakukan kekerasan dan menjadi modus operandi untuk menganiaya ulama.
” Karenanya, keamanan terhadap para ulama harus ditingkatkan. Jangan sampai yang dikorbankan adalah orang yang tidak sehat jiwanya, padahal belum tentu gila juga,” kata dia.
Demiz kembali mengingatkan sejumlah modus lainnya yang terjadi beberapa tahun lalu dengan tujuan menganiaya ulama, mulai dari fitnah santet, fitnah kolor ijo, atau fitnah lainnya untuk memojokkan ulama. Jangan sampai kekerasan terhadap ulama ini terus berulang.
Kaitannya dengan wacana penempatan pejabat Polri untuk menjadi penjabat Gubernur Jabar, Demiz mengatakan bahwa tidak ada hubunganya.
Terlebih menurutnya Jabar tetap kondusid menghadapi Pilgub Jabar 2018.
“Polda Jabar serta Kodam III Siliwangi pun sudah cukup untuk mengamankan pesta demokrasi tersebut.
(LIN)