spot_img
Jumat 26 April 2024
spot_img
More

    Cerita Di Balik Nama Masjid Jami Tine Tang yang Diprakarsai Jusuf Hamka

    BOGOR,FOKUSJabar.id: Masjid Jami Tine Tang di area Tol Lingkar Luar Bogor Ring Road, memiliki cerita menarik dari Jusuf Hamka sebagai pemrakarsa mesjid yang diresmikan oleh Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, 8 April 2021 lalu.

    Jusuf Hamka atau yang akrab dipanggil Babah Alun menceritakan, masjid Jami Tine Tang dari awal rencananya memang akan dibangun dengan begaya oriental. Masjid Jami Tine Tang yang posisinya tempat di kolong Tol Layang Tanjung Priok, Papanggo, lalu di kolong tol Ir Wiyoto, Jalan Pasir Putih, Ancol, Pademangan, dan satu satu lagi di pinggiran Tol Depok-Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan merupakan masjid ke empat dari Babah Alun,

    Biasanya masjid yang didirikan oleh Jusuf diberi nama masjid Babah Alun, namun suatu ketika, Jusuf yang juga menjadi salah satu staf khusus Menko Perekonomian, mendapat pertanyaan dari Menko Perekonomian Airlangga yang saat itu baru melewati Masjid Jami Tine Tang yg tengah dibangunnya.

    “Suf, itu masjid siapa si?” “Oh, masjid saya, Pak, saya yang mau buat,”  kata Jusuf Hamka.

    Airlangga saat itu mengatakan bahwa dia juga punya niatan ingin membangun masjid, untuk kedua orang tuanya,  Ibu Hartini dan Almarhum Pak Hartarto Sastrosunarto. Airlangga juga mengaku tertarik pada Masjid yang dibangun Babah Alun.

    BACA JUGA: 18 Juta Dosis Vaksin Sudah Disuntikan ke Warga Jabar

    Karena mengenal cukup baik keluarga orang tua Airlangga, Jusuf menjawab, “Oh, iya. pakai aja kalau memang Bapak mau. Tapi, apa Bapak mau Masjid yang arsitekturnya oriental seperti ini?” kata Jusuf.

    Airlangga menilai desain Masjid Jami Tine Tang arsitekturnya cukup bagus. Namun dia menolak jika Masjid yang dibangun Jusuf Hamka diberikan begitu saja. “Waktu itu sambil bercanda beliau bilang, saya nggak mau ambil saya mau akuisisi,” kata Jusuf menirukan perkataan Airlangga.

    Jusuf sempat menolak, namun Airlangga tetap tidak mau. Akhirnya disepakati, biaya pembangunan Masjid Jami Tine tersebut diambil alih Airlangga, dan Jusuf Hamka akan membangun Masjid baru di tempat lain.

    Jusuf yang masih ragu sempat mempertanyakan lagi pada Airlangga apakah dia yakin, karena arsitektur Masjid yang bergaya oriental bisa menjadi kontroversi, apalagi Airlangga adalah pejabat publik yang juga politisi.

    Namun Airlangga menjawab hal itu tidak menjadi masalah baginya. Mau arsitekturnya bergaya apapun selama tidak melanggar aturan agama dan fungsinya tetap sebagai tempat ibadah umat muslim.

    “Beliau bilang,  di sinilah kita tunjukkan bahwa pemimpin harus berani menuai keberagaman, dari hal-hal yang kecil dulu,” kata Jusuf.

    Airlangga pun meminta Jusuf tetap melanjutkan pembangunan masjid Jami Tine Tang bergaya oriental tersebut sesuai rencana.

    Jusuf mengaku saat itu, dalam hati ia memuji keberanian Airlangga.

    “Ternyata, setelah Masjid ini diresmikan pada tanggal 8 April, enggak ada tuh yang protes, enggak ada tuh yang nyinyir, enggak ada juga yang ngebully. Malah semua bersyukur, karena semua orang pengguna jalan yang mau ke Jakarta, kadangkala waktunya solat, berhenti di sini, memanfaatkan masjid ini. WC nya bersih, tempat wudhunya bersih, tangganya pun juga berbeda, ada tangga buat pria, tangga buat wanita,” kata Jusuf.

    Jusuf juga menceritakan, kalau dana yang diberikan Airlangga untuk mengganti biaya pembangunan Masjid berlebih. Namun  Airlangga meminta Jusuf mempergunakannya untuk membangun warung pojok halal di dekat Masjid.

    “Jadi warung pojok halal itu duit dari beliau. Bikinin warung supaya orang yang main kesini bisa ada tempat makan dan minumnya, biar gak jauh-jauh,” kata dia.

    Airlangga meyakinkan Jusuf Hamka bahwa Masjid tersebut bisa menjadi tempat wisata religi. Karena saat menjadi anggota DPR, Airlangga berasal dari Dapil Bogor, sehingga tahu kalau hal itu akan disukai warga Bogor dan sekitarnya.

    “Eh, bener. Alhamdulillah, ini tempat jadi wisata religi. Sabtu-Minggu rame di sini. Orang pada selfie, foto-toto, akhirnya cari makanan-minuman di sini,” katanya. Namun karena PPKM, masyarakat akhirnya masih dilarang untuk berkumpul-kumpul.

    BACA JUGA: Pemkot Bandung Lakukan Normalisasi Sungai Antisipasi Banjir

    Mengenai nama Masjid Jami Tine Tang, Jusuf Hamka mengatakan awalnya Masjid tersebut akan dinamai Masjid Babah Alun ke 4, “Tapi karena sudah diakuisisi ceritanya, ya tergantung Pak Airlangga dong mau namain apa,” ujarnya.

    Waktu itu Airlangga menuliskan nama Tine Tang. Jusuf awalnya tidak bertanya lebih jauh perihal nama tersebut. “Tapi karena banyak yang bisik-bisik nanya, akhirnya saya tanya sama Pak Airlangga. Ternyata Tine itu dari nama Ibu Hartini yang waktu kecil dipanggil Tine, dan Tang itu dari nama panggilan kecil Pak Hartarto,” kata Jusuf.

    Jusuf menerangkan, di kalangan Tionghoa jika disambungkan dan dibaca Tien Tang artinya Pintu Surga atau Rumah Tuhan.

    “Jadi beliau juga baru tau artinya. Akhirnya sepakatlah namanya Masjid Jami Tine Tang. Jadi kalau orang China bilang, Masjid Jami Tien Tang, gitu,”  kata Jusuf Hamka.

    (Anthika Asmara)

    Berita Terbaru

    spot_img