spot_img
Kamis 25 April 2024
spot_img
More

    Ini 4 Mitos Mengerikan Tentang Gerhana Bulan

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: Gerhana Bulan total ternyata memiliki banyak mitos di seluruh dunia. Bahkan tak sedikit yang menghubungkan dengan sesuatu yang menyeramkan.

    Gerhana Bulan total sendiri terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berbaris sempurna. Ketika beranjak ke bagian terluar bayangan Bumi, Bulan menjadi benar-benar bermandikan bagian paling gelap dari bayangan itu. Namun hasilnya bukan gelap gulita, melainkan Bulan diselimuti cahaya jingga hingga merah darah.

    Berikut 4 Mitos Menyeramkan tentang Gerhana Bulan Total:

    1 Jaguar Pemakan Bulan

    Seorang peneliti di Lawrence Livermore National Laboratory di California, David Dearborn mengatakan, Suku Inca memandang gerhana bulan sebagai fenomena yang negatif.

    “(Suku Inca) sama sekali tidak melihat gerhana sebagai sesuatu yang baik,” kata David.

    Di antara mitos yang terkumpul adalah cerita tentang seekor jaguar yang menyerang dan memakan bulan. Serangan kucing besar itu menjelaskan warna karatan atau merah darah yang sering terjadi pada bulan saat gerhana bulan total.

    BACA JUGA: Gerhana Bulan Total 26 Mei, Ini Keistimewaannya Menurut Boscha

    Suku Inca takut setelah menyerang bulan, jaguar akan menabrak Bumi untuk memakan orang. Untuk mencegahnya, mereka akan mencoba mengusir predator tersebut dengan mengibaskan tombak ke bulan dan membuat banyak suara, termasuk memukuli anjing mereka untuk membuat mereka melolong dan menggonggong.

    2. Serangan Tujuh Iblis

    Orang Mesopotamia kuno melihat gerhana bulan sebagai serangan. Tapi dalam cerita mereka, penyerangnya adalah tujuh iblis.

    Budaya tradisional menghubungkan apa yang terjadi di langit dengan keadaan di Bumi. Karena raja mewakili tanah dalam budaya Mesopotamia, orang-orang memandang gerhana bulan sebagai serangan terhadap raja mereka.

    “Kami tahu dari catatan tertulis (bahwa Mesopotamia) memiliki kemampuan yang wajar untuk memprediksi gerhana bulan,” kata director of the Griffith Observatory, Los Angeles, E. C. Krupp.

    Budaya tradisional menghubungkan apa yang terjadi di langit dengan keadaan di Bumi. Karena raja mewakili tanah dalam budaya Mesopotamia, orang-orang memandang gerhana bulan sebagai serangan terhadap raja mereka.

    “Kami tahu dari catatan tertulis (bahwa Mesopotamia) memiliki kemampuan yang wajar untuk memprediksi gerhana bulan,” jelasnya.

    Jadi untuk mengantisipasi gerhana, mereka akan memasang raja pengganti yang dimaksudkan untuk menanggung beban serangan apa pun.

    “Biasanya, orang yang dideklarasikan menjadi raja adalah orang yang ‘bisa’ dibuang,” ujar Krupp.

    Meskipun penggantinya tidak benar-benar berkuasa, dia akan diperlakukan dengan baik selama periode gerhana, sementara raja yang sebenarnya menyamar sebagai warga negara biasa. Setelah gerhana berlalu, biasanya raja pengganti ini akan menghilang. Mungkin mati karena keracunan.

    3. Bulan Berdarah

    Suku asli Amerika dari California Utara, Hupa percaya Bulan memiliki 20 istri dan banyak hewan peliharaan.

    Sebagian besar hewan peliharaan itu adalah singa gunung dan ular, dan ketika Bulan tidak memberi mereka cukup makanan untuk dimakan, mereka menyerang dan membuatnya berdarah.

    Gerhana akan berakhir ketika istri Bulan datang untuk melindunginya, mengumpulkan darahnya dan memulihkan kesehatannya. Demikian penjelasan dari Krupp.

    Bagi suku Luiseño di California selatan, gerhana menandakan bahwa Bulan sedang sakit. Merupakan tugas anggota suku untuk menyanyikan nyanyian atau doa agar sehat kembali.

    4 Perkelahian Bulan dan Matahari

    Astronom budaya di University of Western Cape, Jarita Holbrook dalam sebuah wawancara mengatakan, salah satu mitos favoritnya adalah ketika bulan dan matahari berseteru.

    “Mitos favorit saya berasal dari orang Batammaliba di Togo dan Benin,” kata jarita.

    Dalam mitos ini, Matahari dan Bulan bertempur saat gerhana, dan orang-orang mendorong mereka untuk berhenti.

    “Mereka melihatnya sebagai waktu untuk bersatu dan menyelesaikan perselisihan dan kemarahan lama. Itu mitos yang bertahan sampai hari ini,” kata dia.

     

    (Agung)

     

     

     

    Berita Terbaru

    spot_img