AMERIKA SERIKAT, FOKUSJabar.id: Organisasi pengawas isu Afghanistan, Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction atau SIGAR, menyebut Pentagon membatasi rilis informasi kritis terkait kemajuan dalam perang di negara tersebut. Langkah itu dinilai mengganggu transparansi.
Selama bertahun-tahun, SIGAR telah mempublikasikan laporan triwulanan, termasuk data jumlah wilayah yang dikuasai Taliban atau pemerintah.
Dalam laporan yang dipublikasikan pada Senin (29/1/2018), SIGAR menyatakan tidak diperbolehkan merilis informasi tersebut. Militer AS juga disebut merahasiakan jumlah pasukan dan laju penekanan yang dilakukan Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan, untuk pertama kalinya sejak 2009.
“Implikasinya adalah saya pikir rata-rata warga Amerika yang membacara laporan-laporan kami, atau membaca artikel berita Anda soal ini, tidak mempunyai kemampuan yang berarti untuk menganalisis bagaimana uang mereka dihabiskan di Afghanistan,” kata John Sopko, pemimpin organisasi tersebut, kepada Reuters.
Pentagon berupaya menepis tudingan terkait keputusan yang membatasi jumlah informasi publik seputar konflik 16 tahun alias perang terlama Amerika Serikat ini.
Kementerian Pertahanan AS menyatakan tidak meminta SIGAR untuk menahan data, tapi keputusan itu dibuat oleh koalisi misi dukungan NATO untuk Afghanistan.
“Departemen terus bekerja sama dengan SIGAR, Pasukan AS-Afghanistan, dan koalisi NATO untuk menyelesaikan kekhawatiran terkait pembatasan informasi yang sebelumnya tidak dirahasiakan,” kata Letnan Kolonel Michael Andrews, seperti dikutip CNN, Selasa (30/1/2018).
(Agung/Vetra)