Saat ini ada sekitar 22 perusahaab besar nasional tengah ‘dibujuk’ IPO.
Direktur PT BEI Tito Sulistio menargetkan 35 perusahaan melakujan pencatatan saham di lantai bursa melalui IPO di tahun 2018.
Target tersebut sama dengan pencapaian pada tahun 2017 dimana sebanyak 35 perusahaan sudah melakukan IPO.
“Setidaknya ada 22 perusahaan besar nasional yang sudah mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia selama puluhan tahun dan besar karena masyarakat Indonesia juga. Jadi tolong lah, saatnya memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia dengan melakukan IPO. Perusahaan besar itu seperti Djarum, Teh Botol, Kapal Api, Kopi Luwak, Wings Group, dan lainnya,” kata Tito saat ditemui di Bandung, baru-baru ini.
Dengan masuknya 22 perusahaan besar tersebut melantai di bursa saham, lanjutnya, bisa memperbesar pasar modal Indonesia yang saat ini baru mencapai market caps sekitar Rp7.200 trilyun.
Dengan listingnya 22 perusahaan besar nasional tersebut, pihaknya meyakini akan menambah market caps Indonesia sebesar Rp2 ribu trilyun.
“Saat ini, market caps Indonesia masih kecil jika dibandingkan negara Asia Tenggara lain. Kami sangat berharap perusahaan besar nasional yang meraup untung di Indonesia untuk ikut berperan dalam pembangunan ekonomi kita dengan secapatnya melakukan IPO. Kita ingin meningkatkan market caps kita di tahun 2019 mencapai Rp10 ribu trilyun,” terang Tito.
Pihaknya pun sudah melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada 22 perusahaa ln tersebut gar secepatnya melakukan IPO.
Bahkan beberapa di antaranya sudah melakukan komunikasi secara langsung dengan pihaknya.
“Manfaat IPO itu bukan sekadar soal uang saja. Tapi untuk membantu ekonomi Indonesia dan masyarakat Indonesia pula. Ayolah, saatnya transparansi publik dan berikan pemerataan juga kepada rakyat Indonesia untuk menikmati keuntungan perusahaan dari eksploitasi alam Indonesia ini,” tegasnya.
Dengan majunya pasar modal, maka perekonomian di Indonesia bisa meningkat. Pihaknya optimistis perekonomian Indonesia akan lebih baik.
“Tidak ada pasar modal yang maju, kalau ekonominya juga tidak maju. Tapi biasanya, pasar modal akan naik mendahului perekonomian dan akan turun mendahului perekonomian,” pungkasnya.
(Ageng/LIN)