BANDUNG, FOKUSJabar.id : Tim Pokja Mutasi Atlet menemukan kasus baru perpindahan atlet menjelang pelaksanaan Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat XIII tahun 2018 di Kabupaten Bogor. Satu bulan bekerja sejak ditetapkan oleh KONI Jabar, tim Pokja Mutasi berhasil menginventarisir hampir 200 mutasi atlet menjelang Porda Jabar XIII/2018.
Ketua Tim Pokja Mutasi Atlet, Agus Salide menuturkan, pada awal bekerja, pihaknya sudah menerima limpahan mutasi atlet menjelang Porda Jabar XIII sebanyak 170 berkas. Saat ini, pihaknya menemukan beberapa berkas mutasi yang tercecer dan belum teridentifikasi oleh pihak KONI Jabar maupun Pengprov cabang olahraga yang bersangkutan.
“Ditambah yang dulu, mungkin sekarang sudah 200 lebih berkas mutasi yang sedang kita verifikasi. Ini data yang tercecer, belum teradministrasi dan prosesnya belum dilaporkan pengcab cabang olahraga yang bersangkutan ke pengprov cabang olahraganya maupun ke KONI Jabar,” ujar Agus saat ditemui di gedung KONI Jabar, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Senin (15/1/2018).
Dalam melakukan mutasi, beberapa prosedur harus ditempuh oleh atlet yang bersangkutan serta pihak pengcab cabang olahraga kota/kabupaten asal serta tujuan. Selain itu, pelaksanaan mutasi pun harus dilaporkan ke KONI Jabar sehingga bisa diketahui atlet mana saja yang masuk atau keluar dari Jabar.
“Per hari ini saja, kita temukan data baru dari empat cabor yang kita verifikasi. Ada sekitar lima atlet yang mutasi di Jabar atau ke luar Jabar. Mungkin pengcab cabang olahraga berinisiatif dan lupa melapor ka pengprov-nya,” terangnya.
Salah satu mutasi yang belum dilaporkan yakni atlet petaque yang pindah ke Kabupatan Bogor dari Provinsi Banten. Namun yang dilaporkan oleh pihak pengcab Petaque Kabupaten Bogor hanya perpindahan atlet dari Sumatera Selatan. Begitu pun dengan mutasi delapan atlet balap motor serta atlet biliar.
“Kita perlu mengetahui mutasi yang terjadi ini, apalagi proses mutasi yang dilakukan dari luar provinsi Jabar. Ini nanti akan berdampak pada proses pemilihan atlet Jabar untuk PON XX tahun 2020 di Papua. Apakah mereka hanya sekadar ikut meramaikan Porda Jabar XIII saja dan tidak mau saat dipanggil memperkuat Jabar untuk PON XX atau seperti apa. Ini takut bermasalah kedepannya,” tuturnya.
bisa ikut porda dan saat dipanggil untuk PON
Untuk proses mutasi ini, lanjut Agus, semua berkas harus lengkap. Mulai dari surat dari daerah atau provinsi asal, hingga kesiapan atlet yang bersangkutan untuk membela Jabar saat PON XX tahun 2020 jika mereka terpanggil. Dengan demikian, pada saat technical meeting atau manager meeting menjelang pertandingan di Porda Jabar XIII/2018 tidak terjadi masalah administrasi atau masalah hukum yang menimpa atlet yang bersangkutan.
“Dalam sepekan kedepan, kita sudah susun jadwal untuk memverifikasi data mutasi atlet selengkap mungkin. Termasuk menyelesaikan permasalahan mutasi yang terjadi diantara kota dan kabupaten peserta Porda Jabar XIII,” tambahnya.
Dari sekitar 200 berkas mutasi yang sudah terverifikasi, cabang olahraga catur mendominasi jumlah mutasi menjelang Porda Jabar XIII. Setidaknya terdapat 29 berkas mutasi atlet catur yang terjadi. Baik yang terjadi diantara kota dan kabupaten maupun mutasi atlet dari luar Jabar. Selain cabang olahraga catur, mutasi atlet pun banyak terjadi di cabang olahraga sepak takraw sebanyak 19 atlet serta atletik sebanyak 17 atlet.
“Kalau dilihat dari daerah tujuan, Kabupaten Bogor terlihat menjadi daerah yang terbanyak melakukan mutasi atlet atau kedatangan atlet. Tapi prioritas utama kita adalah bagaimana atlet peraih medali emas PON XIX asal Jabar ini tidak pindah ke luar Jabar dan kita menegaskan kalau setiap atlet yang berlaga di Porda Jabar XIII harus siap jika dipanggil membela Jabar di PON XX. Semua atlet yang berlaga di Porda Jabar XIII, baik antar daerah atau antar provinsi, harus menandatangani pakta integritas untuk siap bermain di PON XX mewakili Jabar saat dipanggil. Sayang kalau kota dan kabupaten ‘belanja’ atlet hanya untuk Porda Jabar saja.,” pungkasnya.
(ageng)